Nikahi Aku Atau Kita Putus

Walimah.Info – Ada sebuah syair yang dibuat oleh sahabat kita pak Arief Siddiq Razaan. Judulnya, “Nikahi Aku Atau Kita Putus“.

Agaknya tersirat pula didalamnya strategi Cara Wanita Mengajak Pria Menikah Dengan Islami Segera.  Beliau merupakan tokoh peramu aksara yang bermarkas di rumah imaji alias Komunitas Penulis Anak Kampus [KOMPAK]. Beliau juga aktif bergiat pula di Komunitas Bisa Menulis [KBM]. Mari kita simak detailnya:

CINTAMU membusuk dua purnama, sebab menunggumu tanpa ikatan hanya menjadikanku seorang pesakitan.

Berulang kali aku berujar; “Menikahlah denganku,” tetapi jawabmu tunggu hingga siap lahir-batin untuk sementara ini cukuplah pacaran, perasaan pria setelah memutuskan hubungan.

Semula aku mengangguk sepenuh takzim dengan satu alasan purba bahwa aku terlanjur mencintaimu. Hingga pada akhirnya kusadari kerdil sekali kelelakianmu yang mengikat langkahku menemu jodoh terbaik hanya dengan pacaran.

nikahi aku atau kita putus

Nikahi aku atau kita putus

Ini memang kebodohanku, terlalu bodoh diperdaya bujuk rayumu yang menyamakan pacaran dengan pernikahan sehingga harus kutebus dengan kesetiaan. fakta pria setelah putus cinta.

Padahal banyak lelaki yang mendekatiku, berniat menikahiku dan memantaskan diri untuk bersanding denganku, namun semua kuabaikan karena aku selalu terjebak pada perasaan.

Perasaan bersalah jika aku memilih lelaki lain untuk jadi pendamping hidupku sedangkan saat ini aku masih menjadi pacarmu.

Aku sudah lelah jadi perempuan dungu; menunggu untuk sesuatu yang tak pasti, sebab tiap kali kutanya perihal pernikahan, kau selalu cari alasan

Jika memang mencintaiku tak ada alasan membuatku harus menunggu dua purnama untuk menghalalkanku menjadi pendamping hidupmu

Pikirkanlah itu, bukankah lelaki diberi kelebihan akal sedangkan wanita memiliki kelebihan rasa tetapi aku merasa dirimu hanya menggunakan akal bulusmu untuk membodohiku — sungguh engkau salah kaprah memanfaatkan kelebihan akalmu

Membodohi orang yang kau cintai dengan alasan yang tidak masuk akal apalagi menyangkut kesiapan lahir dan batin tanpa konsep yang jelas itu jelas tindakan terstruktur, masif dan terencana

Terstruktur bahwa hanya dengan modal kata-kata kau mampu mengikatku untuk setia, masif karena gerakan gencarmu meyakinkanku lewat kata-kata begitu luar biasa, terencana sebab aku seolah cadangan yang siap pakai untuk berbagi keluh kesah meski belum menjadi istri yang sah secara agama

Aku mau bertanya yang dikatakan siap lahir-batin itu seperti apa? punya rumah mewah, harta berlimpah, dirimu jadi pejabat, atau seperti apa? jadi jelas aku harus bersikap apa

Jika saat ini dirimu masih pengangguran maka menunggumu jadi konglomerat serupa mengharap seribu candi dibangun dalam satu malam, dan apakah itu mungkin sedangkan dirimu cari kerja sama masih belum becus, uang masih minta dari orang tua

Jika alasanmu belum punya modal nikah, coba pikirkanlah selama kita menjalin hubungan berapa kali dalam satu Minggu dirimu menelponku, lebih dari tiga kali jika dihitung itu berkisar sepuluh ribu rupiah.

Jika dikalikan sekian tahun kita pacaran, maka sudah lebih dari cukup untuk jadi mahar, lalu kerap juga dirimu mentraktirku makan.

Satu porsi sekurang-kurangnya lima belas ribu, kalikan sekian ratus kali dirimu mentraktirku maka cukup untuk undang penghulu, belum lagi uang bensinmu lalu kado ulang tahun yang kerap kau berikan padaku, apakah ini tidak lebih dari cukup untuk melamar dan menikahiku

Sudahlah; jangan bohongi aku lagi, nikahi aku atau kita putus, aku sudah lelah, katakan saja target siap lahir-batinmu kapan; satu tahun, dua tahun, atau tiga tahun? jika lebih dari empat tahun itu konyol namanya, sedangkan aku kuliah saja empat tahun sudah lulus dan dapat ilmu sedemikian banyaknya

Maaf, ada luka yang tertinggal di dadaku karena kekerdilan kelelakianmu, kini aku berikan somasi; nikahi aku segera atau kita putus, sebab aku malas menunggu lelaki yang tak punya pendirian.

Discussion

  1. dhevi
  2. anggi safitri
    • Abu Hafshah
  3. agus suryantono
  4. Fitri afriani
  5. Nurully KN
    • Abu Hafshah

Leave a Reply